Senin, 25 November 2013

I'm SPBU

Pekan Kreatifitas Mahasiswa atau biasa disingkat PKM berlangsung pada tanggal 11-15 November 2013. PKM ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh kampus Politeknik Negeri Andalas. kegiatan ini dilakukan selama sepekan. banyak kegiatan yang dilakukan. mulai dari kegiatan yang bersifat internal hingga eksternal. kegiatan ini diikuti oleh seluruh mahasiswa Politeknik Negeri Andalas. kegiatan pada PKM  dilakukan hingga tingkat Nasional seperti wall climbing yang diadakan oleh Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala). festival musik, bazar, macam2 perlombaan, beladiri, menjelajah, sniper dan masih banyak acara lainnya

Sekian dulu ya pengantar dari uni.
nah, pada PKM kemarin uni ikut menjadi partisipan dalam acara yang diadakan oleh I'm SPBU(Ikatan Motor Scooter Politeknik Bersatu) yang bekerja sama dengan Hima Mesin.

acara yang kita angkat ada dua. yaitu assembling vespa dan kontes vespa dengan kategori ekstrim dan classic setingkat universitas se-kota padang.

*Member I'm SPBU dengan beberapa tamu dari universitas lain.





Bintang Tamu




Jumat, 01 November 2013

Jahitan yang pertama :)

baru2 ini uni habis nnton drama korea fashion king
walau endingnya ngg seperti yang diharapkan, tapi dramanya sangat menginspirasi (menurut uni sih :D)
gara2 drama ini, uni jadi punya hobi baru yaitu MENJAHIT
ups stop! jangan ketawa dulu
sebelumnya uni emang belum pernah bikin baju sendiri
tapi berkat kemauan, kerja keras dan berkat mbah Google juga jadilah sepotong baju dan rok yang layak pakai :D
ini dia hasil jahitan uni yang pertama
walaupun jahitannya masih belum rapi
baju ini lumayan dapat pujian yang banyak :D (Ge-er) dan lebih banyak jgaa kritikannya hahahaa
karena kritikannya lebih banyak dari pujian, uni jadi tambah semangat belajarnya

senangnya ngg bisa di ungkapin kata2 waktu pertama kali nyoba
:D


Psssttt..
temen uni ada yg suka trus minta bantuin jahit jga :D
senangnya..... 
:D :D :D

Selasa, 01 Oktober 2013

Liburan Pulau Cingkuak

20 September 2013
Liburan kali ini di Cingkuak Island
siapa yang udah kesana??
Pulau ini terletak di kawasan pantai Carocok Painan kabubaten Pesisir Selatan provinsi Sumbar.
pulau yang berhias pasir putih ini memiliki luas 4,5 Ha.
Di pulau Cingkuak ini terdapat benteng Peninggalan Portugis dan kita juga dapat melihat prasasti Madame van Kempen. Madame Van Kempen diperkirakan meninggal sekitar 150 tahun sebelumnya. Madame Van Kempen, sesuai tulisan di nisan itu, adalah istri Thomas Van Kempen yang dituliskan sebagai Residen Poeloe Tjinko (Pulau Cingkuak). Hampir setiap hari terutama akhir pekan Pulau Cingkuak ramai dikunjungi wisatawan.  Disamping itu para pelajar dan mahasiswa sering melakukan kegiatan alam seperti kemping, hiking dan juga seringkali dijadikan objek penelitian setiap tahunnya.

Banyak kegiatan yang bisa kita lakukan disini seperti snorkling, berenang, bermain banana boat dan wahana lain.

Biar yang baca makin penasaran sama liburan ini Uni juga posting foto2 selama di pulau..
^_^


Selasa, 16 Juli 2013

Rabu, 03 Juli 2013

lilin

Cerita tentang lilin yang Gantikan gelap
Hilangkan resah kemelutan malam
Jangan coba kau hembuskan sedikitpun angin untuk membuatnya berlalu, 

Selasa, 02 Juli 2013

Annyeong...

Anyeong.. :* (kecup)
perkenalan

saya rahmatul khusni, panggil rahma aja atau uni. kuliah di politeknik negeri padang, jurusan administrasi bisnis.
twitter : https://twitter.com/UniRahmaaa
fb        : https://www.facebook.com/rahmatulkhusni?ref=tn_tnmn

kalo d twitter panggil uni yah(uni=kakak dalam bahasa minang)
rahma asli minang

uni juga mau memperkenalkan bisnis yang baru2 ini di jalani.
taraaaaaaaaaaaaaaaaaaa..............
https://www.facebook.com/pages/Lotta-Hijab/518407431534559?ref=ts&fref=ts
cek disini yah
hijab yg keren2 buat cewek2

udah dulu yah
uni mau kuliah soalnya :D

Cerita cinta kolong langit

    
Tertulis dari kisah masa lalu yang mengerikan, menyedihkan dan kisah yang meninggalkan goresan yg panjang di dalam jiwa.
            Lahir dari keluarga kaya yang dulunya harmonis, mempunyai seorang ibu yang penyabar, orang yang bisa membuat goresan itu sedikit memendek, tapi tetap tak bisa di sembuhkan. Karna Ia pun telah mengakhiri hidupnya. Tak sanggup menghadapi kehidupan yang mengerikan.

            Jeni
            Kini aku hidup di pengasingan, tanpa keluarga dan teman,tapi itu yang aku inginkan, karna aku terlalu takut berbaur dengan orang orang, aku juga takut menghadapi perasaanku sendiri yang slalu merasa di ikuti bayang- bayang  masa lalu, aku takut menghadapi kenyataan hidup, aku takut dunia tak lagi menerima aku yang hancur dan aku juga takut kenyataan masa lalu kembali menyiksa batinku hingga aku akan mati perlahan lahan dalam penderitaan.
            Sekarang, dunia yang aku tau adalah dunia baru, dunia yang damai, di mana aku tidak akan bertemu lagi dengan manusia- manusia monster di luar sana. Hanya dua orang yang tak membuat aku takut, itu adalah mama, dan satu orang lagi adalah nenek tua yang mau menampung, merawat, dan menjagaku saat sekarang. Di tempat yang sunyi ini.
            Kadang aku merasa aku adalah orang yang paling tidak beruntung di dunia ini. Berandai tuhan memberikan aku memori yang baru. Walau pun aku keliatan sudah sangat tidak sempurna di mata manusia.  Setidaknya dengan memori baru, aku akan mengisinya dengan kisah yang baru. Tentu  saja aku tak akan mengisinya dengan kisah kisah yang  pernah ku alami belakangan ini. Tapi aku harus sadar, ini adalah gorean takdir yang harus ku jalani.
            Kini dengan perlahan aku ingin menata  kembali hidupku, aku juga ingin menghilangkan ketakutan dalam diriku sendiri, tapi aku tak tau bagaimana caranya. Tuhan belum memberikan jalan. Mungkin aku harus banyak bersabar mencari jalan terbaik yang akan ku tempuh.
            Kini aku juga harus kuat menghadapi kenyataan. Kenyataan bahwa sekarang aku juga harus duduk di kursi roda dengan pandangan kosong ke depan. Aku buta. Dunia baru bagiku adalah dunia yang gelap. Tak ada satupun cahaya yang dapat ku lihat. Tapi dengan keadaanku yang sekarang, aku masih mengharapkan sedikit satu titik cahaya untuk kehidupanku.
            sekarang waktu hanya ku habiskan untuk duduk berdiam menikmati angin yang berhembus. Berharap angin bisa menghembuskan sedikit lukaku.
                                                                                                ***

Alfin
            Seharusnya seorang ibu tau apa yang dirasakan oleh anaknya. Tapi itu tak aku dapatkan. Aku bagai manusia robot yang sengaja di ciptakan untuk menjalankan keinginannya. Mengharapkan aku mau menjalankan semua itu. Dari mulai aku bisa menjalankan fungsi otak, pikiran, dan hati aku telah di dikte untuk menjalankan obsesi seorang ibu. Ibu yang sangat kejam menurutku.
            Sekarang aku memilih menghilang dari kehidupan ibu. Bukan ingin lepas dari dekapan ibu yang kejam tapi aku tak ingin melihat ibu kecewa, aku tak ingin melihat beliau hancur karena robotnya sudah tak bisa di harapkan hidup lebih lama lagi. Di fikiranku, aku hanya ingin ibu tetap pada fikirannya, tetap berfikir aku robot suruhannya yang pembangkang karena tak lagi bisa menjalankan apa yang d inginkannya.
            Satu orang yang aku harapkan di dunia ini. Seorang nenek nun jauh d sumatera. Tinggal di puncak kolong langit. Rangkaian bukit barisan yang salah satunya ku sebut kolong langit. Puncak bukit yang di tumbuhi rumput teki. Dulu aku terbiasa tidur di sana. Menatap matahari yang bulat, langit sore yang merah , nyanyian ombak, irama deburan ombak di kaki kolong langit dan jika sore akan terbias cahaya lurus di lautan. Seolah olah menghubungkan kolong langit dengan matahari. Aku menamainya jembatan kematian. Di mana aku berkhayal, nanti setelah kematian aku akan melintasi cahaya itu. Entah menuju surga atau sebaliknya. Jika mendung, saat matahari tertutup gumpalan awan hitam, di sini aku masih melihat cahaya matahari yang seakan turun dari celah celah awan. Aku sangat menyukai tempat ini. Tempat terindah yang paling sunyi. Sekaligus tempat persembunyianku.
                                                                        ***
            Jeni
            Aku sangat menyukai angin sore di sini. Karena angin mengerti tentang kesedihanku. Angin bersedia mendengar tangisanku. Angin tau bagaimana cara meleburkan sedikit kesedihan panjangku. Menghabiskan sisa sisa hidup yang aku sendiri tidak tau kapan aku bisa hidup normal lagi atau aku akan mati perlahan. Sangat tenang aku menghabiskan hidupku di sini. Dan kelak jika aku meninggal aku ingin bersemayam di sini, satu satunya tempat yang membuat aku aman dan nyaman.
                                                                        ***
            Alfin
            Hanya seorang pembantu yang ku temukan dan rumah tua di samping rumah nenek. Baru aku tau setelah membaca nisan. 10 tahun silam nenek telah tiada. Aku terpukul. Apa ibu tau?, atau ibu tidak mau tau. Aku menyesal tak pernah tau. Satu satunya orang yang aku harapkan tak lagi bisa membantuku. Aku mencium nisan nenek sekedar untuk menyampaikan kerinduanku sebelum aku pergi.
            Entah kemana kaki ini akan ku langkahkan. Yang pasti satu tempat akan aku kunjungi sebelum aku benar benar pergi.
            Langkahku ringan menuju tempat di mana aku benar benar bisa menikmati diriku yang bebas. Aku ingin menikmati waktuku yang tinggal sebentar.
            Aku tertegun, apakah ini khayalanku yang sudah tak normal atau ini benar benar kenyataan. Ada seorang perempuan berkursi roda di sana. Entah apa yang di lihatnya. Kurasa itu hanya pandangan kosong. Sangat tertarik aku untuk mendekatinya. Aku pun berjongkok tepat di sampingnya. Seperti tak terganggu sedikitpun dengan kedatanganku, dia sama sekali tak menghiraukanku atau diatidak merasakan kehadiranku. Aku kembali ragu. Apa aku ini sudah tidak nyata untuk di ketahui perempuan ini,aku tak berani untuk bertindak lebih jauh. Yang ku lakukan hanya mengikuti arah pandangan perempuan itu. Seperti terhipnotis, aku bisa merasakan kalau perempuan ini mempunyai kepedihan yang sangat dalam.
                                                                        ***
            Jeni
            Ya Allah, siapa yang ada di sampingku, jauhkanlah ya Allah. Lindungi akku, buat hati ini berani, kuserahkan hidupku pada Mu, jauhkan dia. Aku ingin pergi, aku tak ingin di sini bersama orang ini, beri aku kekuatan untuk pergi dari sini
            “kenapa anda gemetar, apa anda kedinginan?. Saya alfin.!
            Bukan, aku sama sekali tidak kedinginan. Aku takut dengan anda orang asing. Tolong pergilah!. Tentu saja ini hanya ku ucapkan dalam hati. Aku takut. Sangat sangat takut.
            “ baiklah saya akan diam”. Suara orang asing itu yang menyebut dirinya Alfin. Sedikit lega tapi dia tak kunjung pergi. Apa yang harus aku lakukan?
                                                                        ***
            Alfin
            perempuan yang sangat aneh. Apa aku salah kata atau dia perempuan yang terlalu tinggi hati sehingga tak mau menjawab pertanyaan aku. Kalau memang begitu baiklah, aku juga tak akan menganggapmu ada. Aku akan menikmati kolong langit ini seperti biasanya.
            “apa yang kau lihat di tempat seperti ini?” aku sangat terkejut, perempuan itu bicara padaku.
            “hmmm….kolong langit dan tentunya sebuah kebebasan.”
            “kolong langit?”
            “ya, kolong langit!” aku mempertegas jawabanku.
            “saya sama sekali tak mengerti dengan apa yang anda ucapkan.”
            “apa anda tak pernah tau kolong langit?, tempat terindah yang pernah ku temui, saat langit di tutupi awan gelap dan setiap celah yang ada lewat sinar matahari yang seperti turun hingga permukaan laut dan jika sore matahari seperti ada di ujung bumi, mengembangkan jembatan cahaya di atas laut dan saat itu juga lukisan di langit pun ikut berwarna, apa anda tak pernah tau?” jawabku begitu bersemangat.
            “apakah seindah itu?”
            “tentu. Lalu apa yang anda lihat di sini?”
            “kegelapan, kesunyian dan pelampiasan penderitaan.”
            Separah itukah? Aku masih menerka nerka apa yang ada di benak perempuan itu. Baiklah aku akan kembali diam.
                                                                        ***
            Jeni
            Andai tuhan membiarkanku untuk melihat dunia yang lebih luas lagi supaya aku bisa melihat kolong langit yang seindah di lihat alfin, bukan hanya sebatas kegelapan dan penderitaan.
            Aku benar benar ingin menikmati kehidupan kolong langit. Tanpa sadar aku berkata.
            “aku ingin melihat kolong langit.”
            Dan tanpa sadar juga aku telah mengutarakan isi hatiku pada orang asing, orang yang baru beberapa jam ini berada di sampingku. Perasaan takut perlahan lahan terkikis di hatiku hingga akhirnya tak tersisa, hanya kelapangan yang aku rasakan saat aku mengutarakan isi pikiranku.
                                                                        ***
            Alfin
            Ternyata perempuan itu buta. Pantas saja dia sama sekali tak melihatku.
            Bukan hal yang mudah bagiku untuk mengungkapkan kenyataan dalam kabut. perempuan ini adalah perempuan yang tertutup, tapi keingin tahuan ku tak pernah mau mengalah. Aku harus beruaha untuk mengetahui siapa perempuan ini sebenarnya.
            Nenek yang merawatnya membagi cerita untukku setelah aku berjanji akan membantu perempuan itu. Baru aku tau, dia adalah perempuan yang kaya raya, mempunyai keluarga harmonis, dan ia adalah anak tunggal yang sangat di sayang dan di manja oleh kedua orang tuanya. Tapi sayang kehidupan tak berpihak kepada mereka. Bisnis papanya bangkrut, yang semula punya rumah dan villa megah, sederet mobil mewah terparkir di rumahnya. Tapi kini keadaan berbalik, sekarang gubuk untuk d tinggali pun sudah tak ada. Dulu bisa beli mobil dengan merek apapun, sekarang mobil bututpun tak punya. Hidup luntang lantung di jalanan. Berpindah dari emperan satu ke emperan lain. Bahkan kini mereka tak malu lagi untuk mengais tong sampah hanya untuk mencari makanan sisa. papanya yang semula adalah papa terbaik menurutnya juga ikut berubah. Tak lagi hangat pada keluarga seperti dahulu. Papanya lebih suka mabuk mabukan di bandingkan mengayomi keluarga. Perilakunyapun menjadi kasar dan sering kali menyakiti mama perempuan itu. Lama kelamaan, karena tak sanggup menanggung beban yang sangat berat, mama perempuan itu mengakhiri hidupnya dengan menegak cairan racun tikus. Perempuan itu pun mengalami depresi setelah kematian ibunya. Melihat apa yang terjadi pada istri dan anaknya, papanya tak juga takut dan menyesal. Kelakuannya makin menjadi jadi. Ia bahkan tega menjual anak gadisnya kepada rekan kerjanya dulu. Papa macam apa itu, kini ia membuang anaknya di jalanan seperti anjing kurap. Tapi mungkin ia belum puas juga menghancurkan anaknya, ia pun kembali ingin mengambil dan menjual anaknya. perempuan itu berhasil kabur. Tapi kemalangan menimpanya. Papa yang sudah kesetanan itu menemukanya. Lalu memukulnya, menendang dan terakhir menancapkan potongan kaca di perut perempuan  itu. laki laki bajingan itu meninggalkan perempuan yang di kiranya sudah mati. Mungkin mengalami tekanan batin, ia pun akhirnya menabrakkan diri pada truk yang melintas.
            Sungguh mengejutkan ternyata perempuan itu masih hidup. Ia di selamatkan oleh nenek yang pulang mengantarkan dagangannya. nenek itu yang mengobatinya, entah bagaimana cara nenek itu mengobatinya hingga dia masih hidup walaupun kini ia buta dan lumpuh. Karena mengalami trauma yang sangat membekas, nenek itu membawanya ke gubuk yang ada di kolong langit. Tempat aku menemukannya
                                                                        ***
            Jeni
            Tuhan mendengar do’aku. Kini aku telah bisa melihat dunia lagi. Tuhan telah mengirimkan malaikatnya untukku. Dan kini aku telah bisa tersenyum penuh, melupakan kehidupan masa lalu dan menikmati kehidupan baru, tentunya kini aku siap menuliskan kisah kisah yang indah dalam hidupku. Menyatu dengan kolong langit dan merasakan malaikat kiriman tuhan tersenyum untukku.
                                                                        ***

Alfin
            Ini kisahku, aku membagi sedikit kehidupan untuk perempuan  yang diam diam aku suka. Rumahku sekarang sangat nyaman, sangat sederhana namun hangat. Rumah yang ada di kolong langit. Rumah yang hanya ada nisan sederhana dengan bunga mawar yang selalu segar. perempuan itu yang selalu menaburkan bunga sebagai hiasan rumahku. Aku senang karna aku telah mewujudkan keinginan perempuan itu. Sekarang, melalui bola mataku, perempuan itu tak lagi penasaran melihat kolong langit. walau aku tak bisa lagi menyentuhnya tapi aku sangat senang bisa membuatnya tersenyum.
            Seperti pertama kali bertemu, dia sama sekali tak menghiraukan aku yang ada di sampingnya. kini dia memang tak bia lagi melihatku, dan tak pernah sekalipun melihatku. Tapi, aku tau dia bisa meraakan aku ada di sampingnya, menemaninya di kolong langit.